Kupu-Kupu Seharusnya Terbang Bebas

Leave a Comment
Dua puluh empat jam dalam satu hari, namun kehadiranmu tak sampai sepuluh persen. Untuk apa aku tandai ruang diskusi dengan mu jika menyapa saja butuh waktu berjam-jam. Seperti saat ini.


Ketika matahari sudah pamit, berikut kamarku pun mulai gemerlap. Apakah rasanya selalu sesepi ini?


Kekosongan ini hanya diisi oleh rasa lelah dan jenuh. Sejak kapan semua ini terjadi? Bukan kah pada saat itu kita sangat yakin baik-baik saja? Pertanyaan untuk masa lalu, masa kini, dan masa depan. 


Dalam diam aku sering menyadari, fase di mana kamu dan duniamu, dan aku dengan milikku. Namun, apakah memang kamu selalu seperti ini? 


Kalau tidak punya waktu, lebih baik kamu bilang, jangan buat aku terus berharap. 


Mungkin lebih baik jika aku tidak pernah menangkap kupu-kupu kemudian memaksanya hidup di dalam sebuah toples. Lambat laun yang bukan pada tempatnya akan mati. Tapi, bukan kah kupu-kupu itu selalu ku biarkan hidup di alam bebas? Atau aku salah paham? 


Selebar apapun penjelasanmu, yang ku tangkap hanya satu. Saat ini, yang kau butuhkan bukan aku. Sekali lagi, bukan aku, 


      — Tinta Putih

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar