Ekspetasi Tanpa Kompensasi

Leave a Comment

Sebuah hubungan terjalin sepaket dengan ekspetasi. Walaupun diriku sendiri tau betul bahwa ekspetasi kepada manusia hanya akan membawa rasa sakit dan kecewa. 


Tapi, pada akhirnya kita memang makhluk yang dirancang untuk berekspetasi. Mengontol ekspetasi atau membatasi harapan bisa menjadi salah satu cara untuk menyelamatkan perasaan. 


Hari ini aku gagal lagi. Gagal untuk mengontrol ekspetasi. Akhirnya kecewa lagi, dan lagi untuk sesuatu yang aku yakin ini tidak lebih buruk dari apa yang ku persiapkan. 


Berbicara tentang hubungan, sejauh apa salah satu dari yang lain bisa menaruh harapan, menanmkan ekspetasi. Saat ini aku tidak tau.


Masih dengan ekspetasi yang sama. Aku menaruh ekspetasi untuk lapisan ke sekian setelah setelah lapis sebelumnya hancur. Hancur tanpa adanya kompensasi. 


Hancur kemudian aku kembali kehilangan. 


Salah satu dari yang lainnya berkata bahwa aku seharusnya bisa mengerti dan memaklumi. Lalu, bagaimana dengan rasa sakit ini?


Haruskah rasa kecewa ini terus ku telan sendirian? Haruskah selalu ku terima ego 

mu? Membayar egomu dengan rasa sakit ini?


Kalau ingin bebas, lebih baik sama sekali jangan terikat. 


Kalau memang terus seperti ini, mungkin ekspetasi ini memang bukan untukmu.


Bayangan dirimu menjadi seseorang yang lebih baik, harus ku buang saat ini juga. 


      — Tinta Putih

Read More

Hubungan Bukan Tentang Ekspetasi

Leave a Comment
Mengapa rasanya begitu berat menjalani sebuah hubungan. Padahal waktu dulu aku merasa sangat menginginkannya. 


Sempat ada waktu di mana aku merasa menjadi orang paling kesepian, sendirian di bumi yang padat ini. 


Pernah berpikir sepertinya solusi dari masalahku adalah dengan memiliki pasangan, lalu bahagia. 


Aku mulai mencari jawabannya. Aku berpikir mungkin karena hubungan adalah tentang realita bukan ekspetasi. Bayangan tentang hubungan di masa lalu itu ternyata tidak valid.


Kami bahagia saja saat baik-baik saja. Lalu kami berselisih saat kamu tidak baik-baik saja. 


Mungkin aku belum siap untuk menghadapi ego dari pasangan. Sedangkan diriku sendiri masih ingin menjadi egois.


Lalu, apakah putus merupakan keputusan terbaik? 


Hubungan dilandasi dengan perasaan. Hubungan lebih banyak didominasi oleh sifat-sifat yang berhubungan dengan perasaan. 


Berpikir untuk mengakhiri hubungan memang sangat mudah. Tapi melakukannya sangat sulit, karena di sana ada perasaan yang ingin bertahan. 


Aku sadar keputusan yang terburu-buru bukanlah keputusan terbaik. 


Aku saat ini sedang dipenuhi dengan emosi dan rasa bingung. Lebih baik aku beristirahat. 

Read More

Mengejar Masa Lalu

Leave a Comment
Kehidupan seseorang perlahan menjadi lebih baik seiring waktu. Meninggalkan mimpi-minpi kecil di masa lalu. Seperti aku yang pernah mengagumi sesosok wanita ketika aku SMA, ketika aku sangat gentar karena aku bukan apa-apa. 


Pernah aku mengagumi karena senyumnya yang manis. Berhari-hari ku berusaha menggapainya tapi rasa sadar ini diri ini terlalu   sadis.


Walaupun secara akademis aku yakin bisa memukaunya, tapi bayanganku tentang wanita tidak pernah sesederhana itu. 


Untuk seukuran anak SMA, aku terlalu penakut. Dibayangi kepalsuan yang pernah singgah merenggut semua rasa, termasuk percaya diri.


Perasaan itu akhirnya kulepas dengan ikhlas tanpa pernah sekalipun aku berkomunikasi dengannya. Saat itu, yang ku ingat darinya hanya tas berwarna merah muda. 


Sekali lagi aku sampaikan, hidup perlahan membaik. Apa yang pernah hilang kini kembali. Apa yang belum pernah ada kini menjadi bagian dari diriku. 


Aku pernah egois karena berpikir akan menyelesaikan masa lalu. Mengejar masa lalu.


Namun, kehidupan berkata lain. Apa yang hilang biar lah hilang. Biar yang baru datang menjadi pengingat, bahwa aku yang sekarang jauh lebih baik, dan aku mendapatkan seseorang yang lebih baik. 


      -Tinta Putih

Read More