Kupu-Kupu yang Bebas

Leave a Comment
 Malam ini rasanya sanget berbeda. Rasanya seperti hidup seorang diri di riuhnya dunia ini. 


Serangga yang bercengkrama, juga desir angin berbisik lirih. Semuany terdengar sangat jelas. Aku pun terjaga dari tidurku.


Aku selalu tau bahwa ini takkan mudah. Wajar aku menangis. Melepaskan sesuatu yang berharga selalu disertai air mata. 


Kupu-kupu itu kini terbang dengan bebas. Sudah ku buka penuh toples ini, yang harus bebas akan bebas pada waktunya. Kemudian menyisakan kenangannya. 


Walaupun aku sudah tau ini akan terjadi, tapi aku tetap takut. Pada detik ini aku sedang takut.


Namun, hal baik tidak pernah datang tanpa ketakutan. Selalu ada rasa takut pada hari pertama. 


Ayo lah, perpisahan ini baik-baik saja. Kita telah berdamai sebelum memilih jalan yang berbeda. Kataku dalam hati.


Perpisahan terbaik bagaimana pun tidak pernah ada yang baik-baik saja. Tapi, kalau memang ini yang terbaik, kita akan baik-baik saja.


      — Tinta Putih

Read More

Kupu-Kupu Seharusnya Terbang Bebas

Leave a Comment
Dua puluh empat jam dalam satu hari, namun kehadiranmu tak sampai sepuluh persen. Untuk apa aku tandai ruang diskusi dengan mu jika menyapa saja butuh waktu berjam-jam. Seperti saat ini.


Ketika matahari sudah pamit, berikut kamarku pun mulai gemerlap. Apakah rasanya selalu sesepi ini?


Kekosongan ini hanya diisi oleh rasa lelah dan jenuh. Sejak kapan semua ini terjadi? Bukan kah pada saat itu kita sangat yakin baik-baik saja? Pertanyaan untuk masa lalu, masa kini, dan masa depan. 


Dalam diam aku sering menyadari, fase di mana kamu dan duniamu, dan aku dengan milikku. Namun, apakah memang kamu selalu seperti ini? 


Kalau tidak punya waktu, lebih baik kamu bilang, jangan buat aku terus berharap. 


Mungkin lebih baik jika aku tidak pernah menangkap kupu-kupu kemudian memaksanya hidup di dalam sebuah toples. Lambat laun yang bukan pada tempatnya akan mati. Tapi, bukan kah kupu-kupu itu selalu ku biarkan hidup di alam bebas? Atau aku salah paham? 


Selebar apapun penjelasanmu, yang ku tangkap hanya satu. Saat ini, yang kau butuhkan bukan aku. Sekali lagi, bukan aku, 


      — Tinta Putih

Read More